Pengantar
Menuju Ibadah yang Benar
Oleh:
Jajang Hidayatullah
Tidaklah
sia-sia Allah menciptakan manusia didunia ini (QS. Ali-Imran: 191), terlebih
manusia sebagai makhluk yang paling baik dan sempurna dibanding dengan makhluk
yang lainnya (QS. Al-Tin: 4). Maka dalam penciptaannya pun tidak luput dari
misi dan tujuan Allah Swt.
Secara
umum, manusia diciptakan kedunia tiada lain hanyalah untuk bersyukur kepada,
bersyukur dalam arti—sebagaimana diungkapkan oleh al-Jarjani dalam kitabnya
al-Ta’rifat, yaitu:
الشكر هو صرف العبد الى انعم عليه من السمع والبصر الى ماخاق لاجله
Seorang hamba
menggunakan seluruh nikmat yang Allah berikan kepadanya baik berupa penglihatan
maupun pendengaran pada hal yang menjadi tujuan semestinya Allah menciptakan
hal itu.
Sedangkan
Allah memastikan dalam firman-Nya bahwa tidak ada tujuan dan misi yang lain
dalam menciptakan manusia didunia ini melainkan hanya untuk beribadah
kepada-Nya. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُ
Dan Aku
tidak menciptakan jin manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS.
Al-Dariyyat [51]: 56).
Dengan
demikian, maka ibadah merupakan salah satu bentuk syukur kita kepada Allah Swt
atas segala nikmat yang telah kita terima. Selain itu, ayat diatas nampak jelas
menyatakan bahwa ibadah merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia,
ibadah juga benar-benar merupakan ‘pesanan’ Allah Swt kepada makhluknya. Itu
artinya nanti dalam prakteknya pun harus sesuai dengan pesanan yang
dikehendaki-Nya.
Pada
tahap selanjutnya, eksistensi manusia sebagai makhluk yang paling baik akan
menjadi rusak, hal itu tidak lain terjadi karena mereka enggan bersyukur kepada
Allah, dalam arti mereka tidak bisa menggunakan nikmat Allah pada hal yang
semestinya (baca:Ibadah). Seluruh nikmat atau fasilitas yang ada dalam dirinya
pun malah cenderung dipakai dan digunakan pada hal-hal yang tidak dicintai dan
diridhai Allah Swt (baca:maksiat). Maka pantas keberadaan manusia seperti itu,
oleh Allah diibaratkan seperti binatang, atau bahkan lebih sesat dari binatang
sekali pun. Allah Swt berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ
بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf [7]: 179).
Secara fisik, manusia memang nyaris
tidak ada bedanya kalau disandingkan dengan hewan. Atau mungkin kalau kita mau
jujur, dilihat dari fisik justru hewan malah lebih unggul dibandingkan dengan
kita sebagai manusia; tengok saja seekor anjing dengan penciumannya yang tajam
atau kelelawar dengan pendengarannya yang kuat belum lagi hewan lainnya yang
dapat memberikan manfaat. Maka disinilah fungsi paling fundamental dan mendasar
dari ibadah yang menjadi tujuan hidup kita. Atau pun kalau mau sedikit radikal,
saya akan menyatakan bahwa selama kita bersyukur (baca:Ibadah) kepada Allah
Swt, maka selama itu pula kita dianggap manusia seutuhnya. Kalau pun tidak,
maka apa bedanya dengan hewan peliharaan di runah kita.
Pada prakteknya, umat merasa
kesulitan atau malah kebingungan bagaiman konsep ibadah yang maqbul dan
diridhai Allah Swt itu. Mengingat banyak sekali hadits mengisyaratkan akan ada
umat atau seseorang beribadah kepada Allah akan tetapi pada akhirnya tidak
mendapatkan balasan apa-apa alias nihil dan sia-sia saja (orang sunda bilang
“cape gawa teu ka pake”). Hal ini terjadi karena memang ibadah yang dilakukan
orang tersebut tidak sesuai dengan pesanan Allah Swt tadi. Bahkan pada
pelaksaannya pun cenderung serampangan dan semau gue, pada akhirnya
ibadah seperti itu dimurka oleh Allah Swt, padahal kita yakin orang tersebut
mengaharapkan sekali pahala dari pekerjaannya itu.
Yang paling mengkhawatirkan dari
fenomena umat dewasa ini adalah mereka malas dalam beribadah walau pun dalam
keadaan itu mereka tahu akan dalil dan keterangan yang menegaskannya. Atau
kejadiannya justru mereka malah terlalu ‘bersemangat’, sehingga hal-hal yang
tidak diperintahkan pun dikerjakan dengan penuh khidmat. Padahal apalah artinya
semua itu dikerjakan kalau tidak ada dasar dan dalilnya. Tak ayal, konsep
ibadah pun mereka pelintir dan perpantas dengan tangan-tangan dan hawa nafsu
mereka sendiri, sehingga ukurannya pun hanya baik menurut manusia saja
sedangkan versi Allah dinegasikan begitu saja. Kurangnya ilmu mengenai konsep
ibadah tersebut menjadi sebab yang paling mendasar terjadinya kondisi diatas.
Tentunya kondisi sepeti ini merupakan sesuatu yang tidak kita harapkan.
Berangkat dari semua itu merasa
perlu untuk membahas masalah ini, sebagai upaya amar ma’ruf nahyi munkar
guna menyelamatkan umat dari penyimpangan ibadah.
Dengan rujukan yang ada, maka dalam
karya kecil ini penulis mencoba menguraikan terlebih dahulu konsep ibadah,
termasuk didalamnya akan dibahas syarat-syarat, macam-macam dan kaidah-kaidah
yang berkaitan dengan ibadah. Pada bab selanjutnya penulis akan mencoba
menguraikan sekilas tentang bid’ah yang
pada perkembangannya akan merusak ibadah itu. Kemudian pada bab berikutnya
penulis akan menawarkan tips; bagaimana agar aktivitas hidup kita seluruhnya
tidak luput dari nilai ibadah sehingga hidup kita pun tidak sia-sia.
Dengan diperkenalkannya konsep
ibadah yang ada pada buku kecil ini, mudah-mudahan kita tidak lagi gegabah
dalam melaksanakan ritula keagamaan kita. Sehingga kita lebih teliti dan
semangat dalam mencari ilmu syari’at. Dengan demikian ibadah kita pun akan
senantiasa terjaga karena didasari dengan ilmu dan niat yang kuat. Lebih dari
itu aktivitas keseharian kita pun kan lebih bermakna dan sarat akan nilai;
karena segala sesuatunya akan berlandaskan ibadah.
akhirul-kalam,
hanya kepada Allah lah penulis berharap semoga usaha kecil ini memberi manfaat
bagi kepentingan Islam dan kaum Muslimin. Tidak ada maksud penulis melainkan
demi kebaikan dan tidak ada taufik melainkan dari Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar