Syi’ah
Berulah
Oleh:
Jajang Hidayatullah[1]
Ditengah
mencuatnya berbagai kasus kerusuhan dan ketidak adilan yang terjadi di
Indonesia, masih terngiang ditelinga kita kasus kerusuhan yang melibatkan Kaum
Sunni dan Syi’ah yang terjadi disampang jawa timur ikut mewarnai semerawutnya Negri
ini, sangat miris memang, pasalnya secara mengejutkan kelompok minoritas Syi’ah
‘berulah’ dinegara Indonesia yang mayoritas Sunni. Apalagi menurut sebagian
kabar amuk masa itu dipicu penganut
faham syi’ah yang melanggar perjanjian dan kesepakatan dengan tetap memaksakan
faham Syi’ah menyebar dilingkungan sekitar, Sehingga bentrokan pun tidak bisa
dihindari. Ada yang juga mensinyalir kerusuhan ini dipicu dari konflik warga
biasa. Tapi yang lucu, Isu ini oleh sebagian kelompok (baca:kaum liberal) malah
dimanfaatkan menjadi amunisi untuk menyerang Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang
dianggapnya telah gagal menciptakan kerukunan antar Umat beragama. Jelas
tindakan ini memperkeruh dan menambah masalah.
Dari
awal menurut pandangan Sunni, Syi’ah
merupakan aliran sesat dan menyesatkan, ajarannya jelas merusak, karena
aqidahnya diletakan atas dasar dusta dan kebencian kepada Sunni, para sahabat
yang diagungkan oleh kaum Sunni, dipandangan kaum Syi’ah para sahabat malah
dilecehkan, sehingga hadits Nabi pun banyak yang ditolak oleh faham Syi’ah dan
banyak lagi kesesatan yang lainnya yang justru ada pada wilayah pokok (ushul).
Apalagi dengan konsep taqiyah-nya sudah dapat dipastikan mereka akan
berbohong; selama keadaannya minoritas—seperti Syi’ah di Indonesia ini—mereka
akan dengan sangat fasih menyembunyikan semua kesesatannya itu, mereka juga
tidak akan pernah merasa “berdosa” mengingkari keyakinan-keyakinan mereka
sendiri didepan Ahli Sunnah. Dengan alasan inilah mengapa kemudian Syi’ah akan
sangat sulit untuk diajak dialog (taqrib) atau pun toleransi.
Abu Hatim ar-Razi berkata : Aku mendengar Yunus bin
‘Abdil A’la berkata, berkata Asyhab bin ‘Abdil ‘Aziz, Malik ditanya tentang
kelompok Rafidhah (Syi’ah), maka beliau menjawab : ”Jangan berbicara dengan
mereka dan jangan pula menerima pandangan mereka, karena mereka adalah para
pendusta.” [Lihat : al- Muntaqo min Minhaj al-I’tidal fi Naqdhi Kalam Ahli Rafd al-I’tizal karya Imam
adz-Dzahabi, 1993, hlm. 21].
Kasus
kerusuhan di sampang ini harus betul-betul dikaji secara serius dan dicarikan
solusinya oleh pemerintah agar kemudian tidak terjadi benturan-benturan yang
merugikan berbagai pihak, termasuk negara indonesia sendiri.
Terlepas
dari kasus diatas; apakah itu merupakan konflik bermotif agama atau bukan, sesungguhnya Islam adalah agama
yang mengedepankan perdamaian, agama yang tidak mengajarkan kekerasan, apalagi sampai
membenci dan mencaci maki orang yang dihormati dan diagungkan orang lain.
Kita
sepakat dengan alasan kemanusian kasus ini harus diusut, apalagi keamanan
mutlak harus diciptakan pemerintah di negara ini. Akan tetapi jika dengan
alasan kemanusiaan itu, malah berakhir pada kesimpulan syi’ah tidak sesat, saya
kira tidak berlebihan kalau dikatakan negara ini sedang kembali menanam benih
kerusuhan. Dan ini ‘bom waktu’ saja bagi pemerintah. Mudah-mudahan dengan kasus
semua ini tidak kemudian menutupi dan mengaburkan Syi’ah sebagai ajaran yang
sesat dan menyesatkan semoga saja kita semakin bara’ terhadap kesesatan
mereka. Kita hanya bisa berdoa: ya allah tunjukanlah yang hak itu hak dan yang
batil itu batil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar